Hampir 1 Jam Berselancar
Semenjak itu, sering bermunculan gelembung-gelembung beterbangan memenuhi ruang batas mata. Ada yang besar juga ada yang kecil. Silih berganti meninggi merendah terpantul bertabrakan, anehnya tak satupun dari gelembung itu yang terpecah.
Ku amati salah satu gelembung itu, warnanya bening namun tersirat beraneka warna layaknya pelangi. Seakan tak percaya, ku amati lagi gelembung lainnya, ternyata warnanya sama beningnya namun makin dilihat semakin warna-warni bak facet mata lebah.
Gelembung-gelembung bertambah banyak memenuhi penjuru ruang kosong. Ku sungguh terpesona, terkesima. Ternyata, gelembung-gelembung itu bertambah banyak seiring degup jantung, satu persatu hingga tak terhitung jumlahnya. Saat jumlah gelembung mencapai batasnya, ku mencoba menghentikan sekali saja degup jantung, gelembung tak lagi muncul. Ketika degup jantung berdetak, gelembung kembali muncul.
Gelembung yang menyesak, penuh dengan kebeningan dan warna-warna indahnya, disisi lain degup jantung makin berat pula. Berkali-kali doa terpanjatkan, berharap kondisi aman dengan gelembung dan jantung tetap berdegup normal.
Secercah cahaya muncul, menyentuh semua permukaan gelembung, hangat rasanya. Perlahan semua gelembung menyatu menjadi sebuah gelembung seutuhnya. kebeningan yang semakin hakiki, kepadatan warna berfacet bak mata indahnya kumbang. Masing-masing mata facet terpampang bentuk keindahan yang tak pernah terbangunkan. Ku beranikan tengok masing-masing mata facet, sungguh pengalaman yang dirindukan untuk mengulanginya lagi
Tak ayal, gelembung itu atas bantuan cahaya benar-benar perlahan berubah menjadi sebuah mata kumbang yang menelisik keindahan bunga, menarik senyamannya sari bunga. Kejadian ini hanya berlangsung satu jam di tengah malam.
Post a Comment